
AGAMA ADALAH NASIHAT
AGAMA ADALAH NASIHAT
PENULIS: UST. ZAINUDDIN MZ (DIREKTUR TURATS NABAWI PUSAT STUDI HADITS)
TEKS HADITS: Al-din al-nasihah. Qalu liman ya Rasulallah, Qala lillah wa li rasulihi, wa li aimmah al-muslimin wa amatihim.
TERJEMAHAN: Agama adalah nasihat. Umat bertanya: Untuk siapa wahai Rasulullah? Rasulullah saw. menjawab: Untuk Allah, untuk RasulNya, untuk para pemimpin dan untuk segenap umat.
STATUS HADITS: SHAHIH.
PENJELASAN HADITS: Kebanyakan kita memang pandai memberi nasihat, namun belum pandai mendengar atau menerima nasihat. Padahal keduanya itu harus sejalan. Menurut Al-Qur’an “saling menasihati”, sehingga idealnya terjadi dua arah yang seimbang. Setiap kita harus menyadari bahwa di samping kita memiliki kelebihan, pasti di sisi lain kita juga memiliki kelemahan. Apabila konsep di atas dijalani secara konsekuen, tentu akan dapat saling mengisi dan meminimalkan kesalahan kita. Sikap seperti inilah yang dahulu dicontohkan oleh para sahabat. Betapa pun Abu Bakar al-Shiddiq dinyatakan sebagai orang yang shalih, bahkan akhirnya dinobatkan menjadi khalifah, maka fatwanya yang keliru dalam hak pewarisan nenek, akhirnya dikoreksi oleh temannya. Dan koreksian itu pun diterima dengan legowo. Kekeliruan Umar pun ketika menjadi khalifah dalam memberikan besaran denda pemotongan jari juga dikoreksi oleh temannya. Dan ia pun menerimanya dengan legowo. Begitu juga koreksian Aisyah terhadap Anas dan sebagainya menjadi teladan bagi kita untuk siap memberi nasihat kepada temannya namun juga siap diberi nasihat oleh temannya juga. Nasihat itu untuk siapa ya Rasulullah? Untuk Allah. Nasihat untuk Allah dimaksudkan untuk meyakinkan akan ketauhidan, baik pada aspek tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah maupun tauhid ubudiyahnya. Nasihat untuk Rasulullah dimaksudkan meyakinkan kenabiannya, mencurahkan ketaatan terhadap perintahnya dan menjahui larangannya. Nasihat untuk para pemimpin dimaksudkan mentaatinya dalam kebenarannya dan tidak bughat terhadap kebenarannya pula. Dan nasihat untuk segenap umat dimaksudkan pemberian bimbingan kepada mereka untuk mengarah kepada kemasalahan bersama demi menggapai ridha Allah swt. Semua itu bila dilakukan secara sinergis akan melahirkan umat teladan, hidup dalam naungan ridha Allah dan Rasul-Nya. Insya Allah.
TAKHRIJ HADITS: Hadits ini diriwayatkan 4 sahabat. Yaitu: Tamim al-Dari, Abu Hurairah, Ibn Abbas, dan Abdullah ibn Umar. Adapun hadits yang diriwayatkan Tamim al-Dari dikeluarkan Ahmad, Muslim, Abu Daud, Nasai, Abu Awanah, Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban, Baghawi, Ibn Qani’, Baihaqi dalam “Syuabil Iman”, Abu Nu’aim dalam “Al-Ma’rifah”, Thabrani, dan Ibn Asakir, Adapun hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah dikeluarkan Turmudzi, Nasai, Daraqutni, Ahmad, dan Thabrani dalam “Al-Ausath”. Adapun hadits yang diriwayatkan Ibn Abbas dikeluarkan Ahmad, Thabrani, Abu Ya’la, dan Bazzar. Adapun hadits yang dikeluarkan Abdullah ibn Umar dikeluarkan Darimi, Ibn Nashar dan Bazzar. Rata-rata dengan menggunakan jalur mata rantai perawi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Referensi: Lebih lanjut silakan merujuk referensi berikut ini: Maqasid: 219. Tamyiz: 79. Kasyf: 1/414. Ahmad: 16982. Muslim: 55. Abu Daud: 4944. Nasai: 4197. Abu Awanah: 101. Ibn Khuzaimah: 2456. Ibn Hibban: 4574. Baghawi: 2681. Ibn Qani’: 1/109. Baihaqi dalam “Syuabil Iman”: 5265. Abu Nu’aim dalam “Al-Ma’rifah”: 1291. Thabrani: 1267. Ibn Asakir: 11/54. Turmudzi: 1926. Nasai: 4199. Daraqutni: 5699. Ahmad: 7941. Thabrani dalam “Al-Ausath”: 3769. Ahmad: 3281. Thabrani: 11198. Abu Ya’la: 2372. Bazzar: 61. Darimi: 2/311. Ibn Nashar dan Bazzar: 15.

