
ALLAH HANYA MENERIMA YANG BAIK
ALLAH HANYA MENERIMA YANG BAIK
PENULIS: UST. ZAINUDDIN MZ (DIREKTUR TURATS NABAWI PUSAT STUDI HADITS)
TEKS HADIS: Innallaha thayyibun la taqbalu illa thayyiban.
TERJEMAHAN: Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang maha baik dan Allah tidak menerima kecuali hal-hal yang baik.
STATUS HADIS: Hadis hasan.
TAKHRIJ HADIS: Hadits di atas diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang dikeluarkan Muslim, Turmudzi, Darimi dan Ahmad. Hadits ini walaupun dikeluarkan oleh imam Muslim dalam buku Shahih Muslim namun tidak otomatis nilai hadits ini shahih. Seperti dalam contoh hadits di atas, hadits tersebut memang dikeluarkan oleh Muslim dan lainnya, namun semua sanad (mata rantai perawinya) dari jalur Fudhail ibn Marzuq dari Adi ibn Tsabit dari Abu Hazim dari Abu Hurairah ra. Biang sanad ini pada perawi yang namanya Fudhail ibn Marzuq. Dia dinilai Ahmad ibn Hanbal: Saya berharap kecuali dia orang baik. Yahya ibn Ma’in menilai dia adalah perawi tsiqah (terpercaya). Abdurrahman berkata: Saya bertanya kepada bapak perihal dia. Katanya: Dia adalah shalih hadits, banyak kesalahan namun haditsnya masih dapat ditulis, apakah periwayatannya dapat dijadikan hujjah? Ia menjawab: Tidak boleh. Dalam kaidah ilmu kredibilitas perawi hadits, apabila seorang perawi dinilai ganda (nilai positif dan negatif) namun nilai negatifnya cukup rinci maka nilai negatif itulah yang semestinya dikedepankan. Dengan demikian sanad (mata rantai perawi) hadits ini tidak dapat dikatakan shahih. Walaupun dalam sanad hadits tersebut ada perawi yang lemah, namun karena adanya kesaksian periwayatan yang lain maka hadits ini dapat digolongkan menjadi hadits hasan.
PENJELASAN HADIS: Hadits di atas merupakan potongan hadits Nabi saw. yang cukup panjang, kelengkapan hadits tersebut adalah: Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang maha baik dan Allah tidak menerima kecuali hal-hal yang baik. Sesungguhnya Allah telah memerintah kaum mukmin mengkonsumsi makanan yang baik sebagaimana Tuhan juga memerintahkan kepada para Rasul-Nya. Allah berfirman: Wahai para Rasul makanlah dari hal-hal yang baik (Qs. Al-Mukminun: 51), sebagaimana Allah juga berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, makanlah hal-hal yang baik yang telah Aku anugerahkan kepada kalian (Qs. Al-Baqarah: 172). Kemaudian Rasulullah saw. memaparkan kondisi seorang yang (lantaran jauhnya perjalanannya). Ia berdoa dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi menyebut-nyebut: Ya Allah, ya Allah. Maka bagaimana doanya dapat diijabahi Allah sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia disuapi dengan hal-hal yang haram?!!! Hadits di atas semakna dengan hadits lain sebagai berikut: Para Rasul sebelum saya diperintah Allah untuk tidak mengkonsumsi kecuali barang yang baik dan tidak beramal kecuali hak yang baik. Hr. Ahmad dalam al-Zuhud: 398 dan Hakim: 4/125.
Memang Allah maha Rahman, maha Rahim dan maha mengabulkan doa orang yang memohon kepada-Nya. Namun Allah juga memiliki undang-undang bagaimana tata cara agar doa hambanya segera diijabahi olehnya. Dalam konsep Islam, doa musafir tergolong doa yang gampang diijabahi (dikabulkan) Allah. Apalagi perjalanan seperti yang digambarkan oleh Rasulullah saw. dalam hadits di atas, yang banyak ditafsirkan oleh ulama perjalanan panjang dalam menumpuh ibadah haji atau ibadah umrah, sampai kusut rambutnya, berdebu wajahnya, maka semestinya doanya lebih mudah diijabahi oleh Allah. Namun dalam kenyataannya Rasulullah saw. mempertanyakan bagaimana doa orang yang dikondisikan seperti ini tidak dikabulkan Allah? Ternyata biangnya disebabkan makanan yang dikonsumsinya merupakan barang yang haram. Dalam hadits yang lain, makanan haram yang dikonsumsikan kepada ibu yang sedang hamil berdampak melahirkan anak haram. Tentunya bukan status anak yang terlahir itu menjadi anak haram, karena semua yang terlahir dalam kondisi fitrah (suci). Hadits tersebut dimaknai kecenderungan anak yang dahulunya dalam kandungan ibunya diberi konsumsi makanan yang haram akhirnya menyebabkan kecenderungan anaknya selalu berbuat hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Padahal orang tuanya selalu berdo’a agar anaknya menjadi anak yang shalih. Rabbi habli minas shalihin (Ya Allah karuniakanlah kepada kami anak yang shalih). Kalau dikonfirmasikan hadits di atas: Bagaimana anak yang dilahirkan menjadi anak shalih (sesuai dengan doa orang tuanya), sementara makanan yang dikonsumsikan kepada janinnya dari makanan yang haram?!
REFERENSI: Lebih lanjut silakan merujuk referensi berikut ini: Maqasid: 117. Durar: 106. Tamyiz: 40. Kasyf: 1/224. Muslim: 1015. Turmudzi: 2959. Darimi: 2717. Ahmad: 8330.

