TARTIB SHALAT

BACAAN DI ANTARA DUA SUJUD

FORMAT BARU FATWA-FATWA TARJIH : TANYA JAWAB AGAMA

OLEH : DR. H. ZAINUDDIN MZ, LC., MA (NBM: 984477)

DIREKTUR MARKAZ TURATS NABAWI_PUSAT STUDI HADITS

KATA PENGANTAR

اِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ سَيِّآتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ وَ نُصَلِّى وَنُسَلِّمُ عَلَى رَسُوْلِهِ الْكَرِيْمِ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Setelah menyelesaikan buku Meneladani Shalat Nabi saw. terbersit dalam hati untuk menyempurnakannya yang dilengkapi dengan dalil-dalil yang akurat sehingga pelaksanaan shalat jauh lebih sempurna.

MANHAJ TARJIH

BACAAN DI ANTARA 2 SUJUD (2/55)

Tanya: Mengapa Muhammadiyah khususnya di waktu duduk di antara dua sujud, tidak mengucapkan bacaan:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي وَعَافِنِي واعف عنى

Bagaimana status Hadisnya?

Jawab: Prinsipnya yang menjadi pegangan Muhammadiyah ialah hadits sahih dalam arti maqbul (dapat diterima untuk dijadikan hujah), yang termasuk di dalamnya adalah hadits-hadits hasan.

BAB: SEBELUM SHALAT

MENGHADAP KIBLAT YANG TEPAT (2/51)

Tanya: Berdasarkan penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh Tim Nasional yang diminta oleh Pengadilan Agama Metro, arah kiblat masjid di daerah kami dahulu sudah diluruskan, termasuk shaf-shafnya apabila dilakukan shalat, dengan miring ke kanan.

Beberapa bulan ini shaf-shaf kembali lurus seperti dulu menghadap ke barat lurus yang kalau diluruskan dengan Ka’bah kurang tepat/ishbah.

Bagaimana cara kita melakukan shalat di masjid tersebut yang ada pula pengurus dan anggota Muhammadiyah?

Jawab: Dalam Al-Quran didapati adanya perintah untuk menghadapkan diri kita kearah Masjidil Haram seperti disebutkan dalam Al-Qur’an.

Firman-Nya:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan (Qs. Al-Baqarah: 144).

Perintah itu diberikan oleh Allah kepada Nabi saw. untuk memindahkan kiblat dari arah Masjidil Aqsha ke arah Masjidil Haram, yang dalam hadits disebutkan arah Ka’bah.

Dalam menentukan arah kiblat ini dengan dilakukan ijtihad, dan yang mendekati kebenaran ialah dengan ilmu pengukuran arah, dan yang menggunakan gampangnya hanya dengan perkiraan, seperti dengan arah barat.

Yang anda alami di masjid Anda adalah pengarahan dengan menggunakan cara yang mudah tentu kurang tepat, kemudian menggunakan cara yang lebih baik yang dilakukan oleh Tim, yang kemudian dikembalikan dengan cara yang sederhana dan mudah tadi, yakni dengan menghadap ke barat, dengan shaf lurus sesuai dangan lurusnya tembok masjid.

Jalan yang paling baik ialah usul kepada takmir masjid dengan alasan-alasan yang benar dan dapat diterima, agar shaf diatur miring kalau dilihat dari tembok masjid, tetapi kalau disesuaikan dengan letak Masjidil Haram dengan Ka’bahnya tidak miring bahkan lurus. Kalau terpaksa takmir belum dapat memahami, kalau Anda shalat hendaknya menghadapnya saja yang serong ke kanan sedapat mungkin tepat/isabah dengan letak kiblat, bukan sekadar arahnya, sekalipun bagi yang tidak dapat tepat menghadap kiblat, arah pun cukup.

CATATAN:

Bagi yang gagal mencari keyakinan arah kiblat atau kesulitan karena di kendaraan maka arah kiblat bergantung pada keyakinan dan arah kendaraannya.

Firman Allah swt.:

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah maha luas (rahmat-Nya) lagi maha mengetahui. (Qs. Al-Baqarah: 115).

Hadits Amir bin Rabiah

وَعَنْ عَامِرَ بْنَ رَبِيعَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: (كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فِي لَيْلَةٍ مُظْلِمَةٍ, فَلَمْ نَدْرِ أَيْنَ الْقِبْلَةُ, فَصَلَّى كُلُّ رَجُلٍ مِنَّا) (عَلَى حِدَةٍ, فَجَعَلَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنَّا يَخُطُّ بَيْنَ يَدَيْهِ لِنَعْلَمَ أَمْكِنَتَنَا) (فَلَمَّا أَصْبَحْنَا) (وَطَلَعَتْ الشَّمْسُ إِذَا نَحْنُ قَدْ صَلَّيْنَا لِغَيْرِ الْقِبْلَةِ, فَذَكَرْنَا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَنْزَلَ اللهُ: {فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللهِ}) (فَلَمْ يَأمُرْنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْإِعَادَةِ، وَقَالَ: قَدْ أَجْزَأَتْ صَلاتُكُمْ)

Amir bin Rabiah ra. berkata: (Sewaktu kami bersama Nabi diperjalanan yang gelap, kami tidak mengetahui arah kiblat. Lalu setiap kami shalat) (sesuai dengan arah keyakinan masing-masing dengan menandai tempat masing-masing) (Di pagi hari) (saat matahari terbit, ternyata kami shalat tidak ke arah kiblat. Lalu hal itu kami adukan kepada Nabi, maka turunlah firman-Nya, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah). (Ternyata Nabi tidak menyuruh kami untuk mengulang shalat, bahkan beliau bersabda: Hal itu telah mencukupi bagi kalian).

Hr. Hakim: 743; Tirmidzi: 345; Ibnu Majah: 1020; Baihaqi: 2067; Daraqutni: 1/272, hadits: 4.

SILAHKAN IKUTI KAMI & SHARE KE SESAMA - SEMOGA BERMANFAAT :
error: MAAF !!