TURATS NABAWI

BISNIS BADAL HAJI

POLA MERUJUK KEPADA AL-QUR’AN DAN HADITS: HIRARCHI ATAU KEBERSAMAAN

OLEH : UST. ZAINUDDIN MZ

1. HADITS IBNU ABBAS RA.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلَّم فَقَالَتْ: إِنَّ أُمِّي نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ, فَمَاتَتْ قَبْلَ أَنْ تَحُجَّ, أَفَأَحُجُّ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ, حُجِّي عَنْهَا, أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ قَاضِيَتَهُ؟ قَالَتْ: نَعَمْ, قَالَ: فَاقْضُوا اللهَ الَّذِي لَهُ, فَإِنَّ اللهَ أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ وفي رواية: أَنَّ امْرَأَةً نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ فَمَاتَتْ, فَأَتَى أَخُوهَا النَّبِيَّ صلى اللهُ عليه وسلَّم فَسَأَلَهُ عَنْ ذَلِكَ, فَقَالَ: أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ عَلَى أُخْتِكَ دَيْنٌ أَكُنْتَ قَاضِيَهُ؟ قَالَ: نَعَمْ, قَالَ: فَاقْضُوا اللهَ, فَهُوَ أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ

Ibnu Abbas ra. berkata: Seorang wanita menghadap Rasulullah saw. seraya berkata: Ibuku nadzar haji, lalu ia wafat sebelum melakukannya, apakah aku boleh menghajikannya? Nabi menjawab: Silahkan, hajikanlah dia. Bagaimana pendapatmu jika ibumu memiliki hutang, bukankah anda yang menyahurinya? Ia menjawab: Ya. Maka Nabi saw. bersabda: Sahurilah hutangnya pada Allah. Hutang pada-Nya lebih layak ditunaikan. Dalam riwayat lain: Seorang wanita nadzar haji lalu wafat. Lalu saudaranya menghadap Nabi dan bertanya tentangnya. Maka Nabi saw. bersabda: Bagaimana pendapatmu jika suadara perempuanmu memiliki tanggungan hutang, bukankah anda yang menyahurinya? Ia menjawab: Ya. Maka Nabi saw. bersabda: Sahurilah hutangnya pada Allah, karena hal itu lebih layak ditepati.

Hr. Bukhari: 6321, 6885; Tirmidzi: 929; Nasai: 2632; Ahmad: 3224.

2. HADITS IBNU ABBAS RA.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتْ النَّبِيَّ صلى اللهُ عليه وسلَّم عَنْ أَبِيهَا مَاتَ وَلَمْ يَحُجَّ, قَالَ: حُجِّي عَنْ أَبِيكِ

Ibnu Abbas ra. berkata: Seorang wanita bertanya Nabi tentang bapaknya yang telah wafat namun belum haji. Maka Nabi saw. bersabda: Hajikanlah bapakmu.

Hr. Nasai: 2634; Nasai dalam Sunan Kubra: 3614; Thabrani dalam Ausath: 5877.

3. HADITS IBNU ABBAS RA.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: أَنَّ النَّبِيَّ صلى اللهُ عليه وسلَّم سَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ: لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ, فَقَالَ: مَنْ شُبْرُمَةُ؟ قَالَ: أَخٌ لِي, أَوْ قَرِيبٌ لِي, قَالَ: حَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ؟ قَالَ: لَا, قَالَ: حُجَّ عَنْ نَفْسِكَ, ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ

Ibnu Abbas ra. berkata: Rasulullah saw. mendengar seorang berkata: Ya Allah aku penuhi panggilan-Mu untuk Syubrumah. Lalu Nabi bertanya: Diapa dia? Ia menjawab: Saudaraku, atau kerabatku. Maka Nabi bersabda: Apakah anda telah berhaji? Ia menjawab: Belum. Maka Nabi bersabda: Hajilah untukmu lalu untuk Subrumah.

Hr. Ibnu Khuzaimah: 3039; Abu Dawud: 1811; Ibnu Majah: 2903; Abu Ya’la: 2440.

4. HADITS ALI RA.

قَالَ عَلِيٌّ رضي الله عنه فِي صِفَةِ حَجِّهِ صلى اللهُ عليه وسلَّم: ثُمَّ جَاءَتْهُ امْرَأَةٌ شَابَّةٌ مِنْ خَثْعَمَ, فَقَالَتْ: إِنَّ أَبِي شَيْخٌ كَبِيرٌ وَقَدْ أَفْنَدَ وَأَدْرَكَتْهُ فَرِيضَةُ اللهِ فِي الْحَجِّ وَلَا يَسْتَطِيعُ أَدَاءَهَا، أَفَيُجْزِئُ عَنْهُ أَنْ أُؤَدِّيَهَا عَنْهُ؟, قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلَّم: نَعَمْ

Ali ra. berkatadalam sifat haji Nabi-: Seorang wanita muda dari suku Khats’am menghadap Nabi seraya berkata: Bapakku telah tua dan lumpuh, padahal telah terkena kewajiban haji, namun ia tidak mampu menjalaninya, apakah mencukupi jika aku yang menghajikannya? Nabi menjawab: Ya.

Hr. Bukhari: 1442; Muslim: 1334; Nasai: 2635; Ahmad: 564.

5. HADITS LAQIT BIN SABIRAH AL-UQAILI (ABU RAZIN)

عَنْ أَبِي رَزِينٍ لَقِيطِ بْنِ صَبِرَةَ الْعُقَيْلِيِّ رضي الله عنه أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ صلى اللهُ عليه وسلَّم فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ, إِنَّ أَبِي شَيْخٌ كَبِيرٌ, لَا يَسْتَطِيعُ الْحَجَّ وَلَا الْعُمْرَةَ وَلَا الظَّعْنَ, قَالَ: حُجَّ عَنْ أَبِيكَ وَاعْتَمِرْ

Abu Razin (Laqith bin Saburah) menghadap Nabi saw. dan berkata: Wahai Rasulullah, bapakku telah tua, tidak mampu haji dan umrah, juga mampu berkendaraan. Maka Nabi saw. bersabda: Hajikan dan umrahkan dia.

Hr. Tirmidzi: 930; Nasai: 2621; Ibnu Majah: 2906; Ahmad: 16229.

VERSUS

1. FIRMAN-NYA

مَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا

Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya ia berbuat untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya ia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri, dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Qs. Al-Isra’: 15).

2. FIRMAN-NYA

وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى إِنَّمَا تُنْذِرُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَمَنْ تَزَكَّى فَإِنَّمَا يَتَزَكَّى لِنَفْسِهِ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ

Orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan shalat. Barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri, dan kepada Allahlah kembali(mu). (Qs. Fathir: 18).

3. FIRMAN-NYA

إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia maha mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu. (Qs. Al-Zumar: 7).

3. FIRMAN-NYA

أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى

(Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, (Qs. Al-Najm: 38).

4. FIRMAN-NYA

قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِي رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ وَلاَ تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلاَّ عَلَيْهَا وَلاَ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى ثُمَّ إِلَي رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Katakanlah: Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan. (Qs. Al-An’am: 164).

5. FIRMAN-NYA

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى

Bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, (Qs. Al-Najm: 39).

6. FIRMAN-NYA

كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya sendiri. (Qs. Al-Thur: 21).

6. FIRMAN-NYA

تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Itulah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan. (Qs. Al-Baqarah: 134).

7. FIRMAN-NYA

تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Itulah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan. (Qs. Al-Baqarah: 141).

8. FIRMAN-NYA

وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Qs. Al-Baqarah: 281).

9. FIRMAN-NYA

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir (Qs. Al-Baqarah: 286).

10. FIRMAN-NYA

فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya, dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan). (Qs. Ali Imran: 25).

وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَغُلَّ وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. (Qs. Ali Imran: 161).

لِيَجْزِيَ اللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah maha cepat perhitungan-Nya. (Qs. Ibrahim: 51).

CARA PEMADUAN

1. TEORI: PELIMPAHAN DAN TERLIMPAH (KECIPRATAN)

Islam tidak mengenal surga nunut, neraka katut. Setiap manusia akan mendapat sesuai yang ia kerjakan sendiri. Inilah yang dimaksud teori pelimpahan.

Yang ia kerjakan kadang bersifat privasi, seperti shalat, namun kadang bersifat jariyah seperti melahirkan anak dan lainnya.

Pada amal jariyah itulah ia akan mendapat cipratan pahalanya, tanpa mengkprting hak pelakunya sedikitpun. Inilah yang dimaksud teori terlimpah atau kecipratan.

Banyak sekali nash yang dapat mempertajam teori kedua ini. Misalnya:

Seorang menunjuki kebaikan pada temannya, lalu diamalkannya. Maka baik pelaku maupun pemberi nasehat sama-sama mendapat pahala, tanpa mengkorting hak pelakunya sedikitpun

Seorang yang memberi makan temannya yang berpuasa, maka sama-sama mendapat pahala tanpa mengkorting hak pelakunya sedikitpun.

Seorang yang memfasilitasi teamnhya yang pergi jihad, maka keduanya mendapatkan pahala, tanpa mengkorting hak pelakunya sedikitpun.

2. DASAR HUKUM TEORI KECIPRATAN PAHALA

Teori ini didukung dengan Al-Qur’an dan Hadits.

A. FIRMAN-NYA

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan, dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Yasin: 12).

B. FIRMAN-NYA

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

Orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Qs. Al-Thur: 21).

C. HADITS ABU HURAIRAH RA.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ) (وَإِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ:) (صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ) (أَوْ مُصْحَفًا وَرَّثَهُ، أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ، أَوْ بَيْتًا بَنَاهُ لِابْنِ السَّبِيلِ، أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ, أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ, يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ) (أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ) (عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ) وفي رواية: (أَوْ عِلْمٌ يُعْمَلُ بِهِ مِنْ بَعْدِهِ) (أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ تَرَكَهُ) وفي رواية: (أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ )

Dinarasikan Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda: (Jika manusia wafat, maka terputuslah amalnya) (Sesungguhnya yang masih dapat sampai kepada mukmin dari amalnya dan kebaikannya setelah kematiannya) (adalah sedekah jariyah) (atau mushaf yang diwariskan, atau masjid yang ia bangun, atau rumah yang ia bangun untuk musafir, atau sungai yang ia alirkan, atau sedekah yang ia dermakan dari hartanya saat masih sehat dan hidupnya, akan juga sampai padanya setelah kematiannya) Atau ilmu yang bermanfaat) (yang ia pelajari dan ia ajarkan). Dalam riwayat lain: (Atau ilmu yang dipraktekkan orang sepeninggalnya) (atau anak saleh yang ia tinggalkan). Dalam riwayat lain: (Atau anak saleh yang mendoakannya).

Hr. Muslim: 1631; Tirmidzi: 1376; Nasai: 3651; Ibnu Majah: 241, 242.

D. HADITS ABU HURAIRAH RA.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللهَ عز وجل لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ أَنَّى لِي هَذِهِ؟, فَيَقُولُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

Dinarasikan Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda: Allah meninggikan derajat hamba yang saleh di surganya. Lalu ia berkata: Ya Tuhan kenapa aku dapat kedudukan seperti ini? Tuhan menjawab: Lantaran istighfar anakmu.

Hr. Ibnu Msjah: 3660; Ahmad: 10618. Periksa Shahihah: 1598.

E. HADITS ANAS RA.

وَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: سَبْعَةٌ يَجْرِي لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَهُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ: مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا، أَوْ أَجْرَى نَهَرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا، أَوْ غَرَسَ نَخْلًا، أَوْ بَنَى مَسْجِدًا، أَوْ وَرَّثَ مُصْحَفًا، أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ

Dinarasikan Anas ra., Rasulullah saw. bersabda: Tujuh hal yang akan terus mengalir pahalanya bagi hamba, saat ia dalam kubur setelah kematiannya. Yaitu Ilmu yang ia ajarkan, sungai yang ia alirkan, sumur yang ia gali, kurma yang ia tanam, masjid yang ia bangun, mushaf yang ia wariskan, anak yang memohonkan ampunan baginya setelah kematiannya.

Hr. Baihaqi dalam Syuabul Iman: 8284; Abu Nuaim dalam Hilyah: 2757.

F. HADITS SALMAN RA.

عَنْ سَلْمَانَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أَرْبَعٌ مِنْ عَمَلِ الْأَحْيَاءِ يَجْرِي لِلْأَمْوَاتِ: رَجُلٌ تَرَكَ عَقِبًا صَالِحًا, فَيَدْعُو, فَيَبْلُغُهُ دُعَاؤُهُمْ, وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ جَارِيَةٍ, لَهُ أَجْرُهَا مِنْ بَعْدِهِ مَا جَرَتْ, وَرَجُلٌ عَلَّمَ عِلْمًا, فَعُمِلُ بِهِ مِنْ بَعْدِهِ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهِ, مِنْ غَيْرِ أَنْ يُنْتَقَصَ مِنْ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهِ شَيْئٌ، وَرَجُلٌ مُرَابِطٌ يُنْمَى لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْحِسَابِ

Dinarasikan Salman ra., Rasulullah saw. Bersabda: Empat amalan orang hidup yang pahalanya terus mengalir sampai kematiannya. Yaitu yang meninggalkan keturunan yang saleh, lalu mendoakannya, maka tersampaikan doanya; seorang yang bersedekah jariyah, maka baginya pahala dan seterusnya; seorang yang mengajarkan ilmu lalu dipraktekkan oleh generasi sesudahnya, maka ia memperoleh seperti pahala pelakunya, tanpa mengkorting pahalanya sedikitpun; seorang yang berjaga di garda depan jihad di jalan Allah, pahalanya terus dikembangkan sampai pada hari perhitungan.

Hr. Thabrani dalam Kabir: 6181; Thabrani dalam Musnad Syamiyin: 3531. Periksa Shahihah: 3984.

3. HERMENEUTIK LINGUISTIK

Redaksi hadits menggunakan “an” bukan “li”. Seperti “hujji anha”, bukan “hujji laha”. Lafaz “an” berkonotasi niyabah, sedangkan lafaz  “li” berkonotasi lil milki.

4. CATATAN AKHIR

Pada hadits terlimpahnya pahala badal haji memiliki kriteria yang sangat ketat. Yaitu adanya ikatan perwalian antara anak dengan bapak atau sesama saudara, adanya udzur syar’i, yang dibadali hanyalah haji wajib atau nadzar sehingga mempunyai hutang yang harus dibayarkan, dan yang membadali juga sudah haji.

Di masjid Al-Akbar Surabaya penulis pernah memaparkan seorang membadali haji enam orang yang tidak ada ikatan perwalian. Setelah pengajian penulis ditanya apa itu benar? Karena ia menyaksikan sendiri sampai ada yang membadali haji dua belas orang. Untuk itu supaya diwaspadai adanya praktek bisnis badal haji yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

5. PENTING

Hati-hati membaca Masalah Pelimpahan Hadiah dalam  buku 40 Masalah Agama karya Sirajuddin Abbas yang menilai ayat-ayat di atas hanya untuk umat terdahulu dan mansukh, sungguh tidak terbukti secara ilmiah.

SILAHKAN SHARE SEMOGA BERMANFAAT :
error: MAAF !!