
CINTA KEPADA NEGARA BAGIAN DARI IMAN
CINTA KEPADA NEGARA BAGIAN DARI IMAN
PENULIS: UST. ZAINUDDIN MZ (DIREKTUR TURATS NABAWI PUSAT STUDI HADITS)
PERTAMA, TEKS HADIS: Hubbul wathan minal iman.
KEDUA, TERJEMAHAN: Cinta kepada Negara bagian dari keimanan.
KETIGA, STATUS HADIS: Hadis palsu.
KEEMPAT, TAKHRIJ HADIS: Hadits di atas tidak pernah ada di referensi hadits. Yang dimaksud referensi hadits adalah buku apa pun yang penyusunnya mendatangkan hadits dengan sanad (mata rantai perawinya sendiri). Maka setiap hadits yang tidak ada sanadnya disebut “la asla lahu” sebagai ganti istilah “hadits palsu” atau “hadits maudhu’” yang sering didefinisikan “ungkapan manusia yang dinisbatkan kepada Rasulullah saw. secara dusta”. Penulis sering mengistilahkan “hadits ujug-ujug muncul dalam buku”. Hadits jenis seperti ini banyak terjadi baik di buku-buku tafsir, buku fikih, apalagi buku-buku yang bernuansa tasawwuf. Bisa jadi berawal dari kata-kata hikmah ulama yang akhirnya dinukil secara salah, dan dikira itu bagian dari hadits Nabi padahal bukan. Maka sering mempunyai ciri satu sisi memiliki makna yang bagus namun di sisi lain bermasalah. Atau dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang membuat ungkapan dusta atas nama Rasulullah untuk merancukan citra Islam.
KELIMA, PENJELASAN HADITS: Membela hak merupakan suatu kewajiban bahkan bagian dari jihad. Seorang sahabat yang ditodong kawanan penjahat mendapatkan restu dari Rasulullah saw. untuk mempertahankan haknya, kalau memang itu menjadi hak pribadinya. Namun tidaklah demikian bila dikaitkan dengan “ukhuwah islamiyah”. Konsep yang diberikan oleh Rasulullah tidak mengenal nasionalisme atau regionalisme, melainkan menyeluruh dan universal. Seorang muslim dengan muslim lainnya adalah saudara, tidak melihat suku, bangsa, ras, golongan, negara dan sebagainya. Dalam pandangan Islam semua mereka ibarat satu jasad, apabila salah satu organ jasad ini ada yang sakit, maka seluruh organ juga merasakan kesakitan itu. Apabila masyarakat Palestina sakit karena kedzaliman Yahudi, maka seluruh muslim di buka bumi ini seharusnya juga merasakan kesakitan itu, sehingga ukhuwah yang digunakan adalah ukhuwah basyariyah, menyeluruh dan universal. Maka dampak lahirnya hadits palsu di atas, membuat seakan mereka dalam pandangan kita bukan bagian dari komunitas muslim, karena mereka tidak sebangsa dengan kita?! Na’udzubillah. Dan dari hadits yang palsu itulah malahirkan slogan “ukhuwah wathaniyah”, seakan kita hanyalah sekelompok kecil dari masyarakat muslim. Seakan kita menyatakan biarkan mereka tertindas, toch bukan masuk wathan (negara) kita. Ini jelas bertentangan dengan kaidah keislaman yang abadi dan universal.
KEENAM, REFERENSI: Lebih lanjut silakan merujuk referensi berikut ini: Maqasid: 183. Durar: 190. Tamyiz: 65. Asrar: 180. Kasyf: 1/345. Fawaid karya al-Karmi: 103. Tadzkiah al-maudhu’at: 11.

