
KELAHIRAN MUJADDID PADA SETIAP ABAD
KELAHIRAN MUJADDID PADA SETIAP ABAD
PENULIS: UST. ZAINUDDIN MZ (DIREKTUR TURATS NABAWI PUSAT STUDI HADITS)
TEKS HADIS: Innallaha yab’atsu lihadzihil ummah ‘ala ra’si kulli miatin man yujaddidu laha dinaha.
TERJEMAHAN: Sesungguhnya Allah melahirkan untuk umat Islam ini pada setiap penghujung abad orang yang menjadi mujaddid terhadap agamanya.
STATUS HADIS: Hadis shahih.
TAKHRIJ HADIS: Hadits di atas diriwayatkan oleh Abu Hurairah dikeluarkan Baihaqi dalam al-Ma’rifah, Abu Daud, Thabrani dalam al-Ausath, Hakim, Khatib dalam al-Tarikh, Dailami, Abu Amr al-Dani dalam al-Fitan dan Harawi dalam Dzam al-Kalam. Semuanya dari jalur Ibn Wahab, dari Sa’id ibn Abi Ayyub, dari Syarahil ibn Yazid al-Ma’afiri, dari Abu Alqamah, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw. Sanad ini shahih, perawinya adalah perawi Muslim. Ada yang mengkritisi bahwa hadits ini memiliki cacat yang samar lantaran Abu Daud setelah mengeluarkan hadits ini memberi komentar bahwa Abdurrahman ibn Syuraih tidak mencantumkan Abdurrahman ibn Syuraikh al-Iskandarani. Dengan demikian ia Abdurrahman meriwayatkannya secara al-mu’dhal (menggugurkan dua perawi berurutan, yaitu Alqamah dan Abu Hurairah). Imam al-Mundziri menjelaskan Abdurrahman ibn Syuraih al-Iskandarani adalah perawi tsiqah yang dipakai Bukhari dan Muslim maka pengguguran dua perawi itu tidak masalah. Artinya, hadits ini diriwayatkan dengan dua mata rantai perawi. Pertama secara al-mudhal (gugur dua perawi). Dan kedua secara al-muttashil (bersambung mata rantai perawinya). Sehingga periwayatan ini tidak mengandung cacat yang samar. Disamping itu Sa’id ibn Ayyub (dalam kapasitas sebagai muridnya) adalah seorang perawi tsiqah, sehingga ziyadah al-tsiqah juga dapat diterima.
PENJELASAN HADIS: Pada penghujung abad bisa terjadi pada akhir atau awal abad dijanjikan Rasulullah saw. lahir insan mujaddid agama. Dan mujaddid dapat difahami orang yang menghidupkan kembali syari’at Allah, penggerak purifikasi terhadap agama Islam dari berbagai reduksi dan penyelewengannya. Tentunya tidak dimaknai merevisi terhadap syari’at Islam, karena hakekat kesempurnaan Islam sudah selesai di tangan Rasulullah saw. Sejarah membuktikan pasca kepemimpinan khulafaur rasyidin kondisi masyarakat makin jauh dari pola kehidupan Rasulullah saw. Pemikiran teologis yang semestinya hanya mengandalkan bimbingan wahyu, bergeser didominasi pemikiran filosofis yang akhirnya melahirkan penakwilan ayat-ayat yang bersifat tauqifiyah. Pembicaraan taqdir yang menjadi hak mutlak Tuhan, kini diselesaikan dengan kejeniusan intelektual, bahkan syari’at yang sudah sharih (jelas) difahami makna literal dan majaz dan sebagainya. Yang pada akhirnya ketika sampai pada penghujung abad pertama, lahirlah mujaddid Umar ibn Abdul Aziz. Kiprahnya luar biasa, untuk mengembalikan kehidupan seperti pola Nabi, ia mengintruksikan kodifikasi hadis-hadis Nabawi, sehingga keberadaan hadis di manca Negara (sesuai yang dibawa oleh setiap sahabat kemana dia ditugaskan untuk perluasan dakwa Islamiah waktu itu). Hasilnya luar biasa. Umat mulai ada kecenderungan untuk menadzarkan dirinya demi mengkaji dan mendalami sunnah-sunnah Nabi. Dalam sederetan abad ini bermunculan ulama mujaddid lain seperti Ibn Syihab al-Zuhri, al-Qasim ibn Muhammad, Salim ibn Abdullah, Hasan Basri, Muhammad ibn Sirin, Muhammad al-Baqir dan lainnya. Pada penghujung abad kedua muncullah imam Muhammad ibn Idris al-Syafii, Yahya ibn Ma’in dan lainnya. Pada penghujung abad ketiga muncul imam Abu Hasan al-Asy’ari, al-Baqilani, Nasai dan lainnya. Pada penghujung abad keempat muncul Rabi’, Sahal, Isfirayini, Hakim, Abdul Ghina al-Misri dan lainnya, Pada penghujung abad kelima muncul imam al-Ghazali dan lainnya. Pada penghujung abad keenam muncul imam Fakhrur Razi, Rafi’I dan lainnya. Pada penghujung abad ketujuh muncul imam Ibn Daqiq al-Id dan lainnya. Pada penghujung abad kedelapan muncul imam al-Bulqini, Zainuddin al-Iraqi dan lainnya. Pada penghujung abad kesembilan muncul Jalaluddin al-Suyuti dan lainnya. Pada penghujung abad kesepuluh muncul Syamsuddin ibn Syihab al-Ramili dan lainnya. Pada penghujung abad kesebelas muncul Ibrahim ibn Hasan al-Kurani dan lainnya. Pada penghujung abad keduabelas muncul Shalih ibn Muhammad ibn Nuh al-Fulani dan lainnya. Pada penghujung abad ketigabelas muncul Husain ibn Muhammad al-Anshari al-Yamani, Shadiq Hasan Khan al-Qanuji dan lainnya. Pada penghujung abad keempatbelas mungkin anda yang dimaksud oleh Rasulullah saw. Wallahu a’lam.
REFERENSI: Lebih lanjut silakan merujuk referensi berikut ini: Maqasid: 121. Durar: 44. Tamyiz: 42. Kasyf: 1/243. Baihaqi dalam al-Ma’rifah: 422. Abu Daud: 4291. Thabrani dalam al-Ausath: 6527. Hakim: 8592. Khatib dalam al-Tarikh: 2/61. Dailami: 532. Abu Amr al-Dani dalam al-Fitan: 1/45. Harawi dalam Dzam al-Kalam: 2/111.

