* ALHAMDULILLAH * ARTIKEL ILMIAH, KAJIAN TEMATIK & BUKU-BUKU TERBARU * TERBIT SETIAP HARI JUM'AT *

TURATS NABAWI

KIAT MELAHIRKAN ANAK SALEH SAAT HAMIL

KIAT MELAHIRKAN ANAK SALEH SAAT HAMIL

PENULIS: UST. ZAINUDDIN MZ (DIREKTUR TURATS NABAWI PUSAT STUDI HADITS)

Jika pendidikan ditawarkan mulai pasca neonatus (aqiqah) sampai wafatnya seseorang dengan slogan life long education, maka sesungguhnya jauh sebelum itu Islam telah memberi berbagai tip untuk melahirkan generasi yang saleh.

Terinspirasi sebuah hadits dimana Rasulullah saw. pernah menyatakan –sambil menunjuk anak- “enyahlah wahai anak haram!”, tentu orang tua yang melahirkan menjadi terperangah, kenapa anaknya disebut demikian? Muncul berbagai spekulasi pemikiran jangan-jangan istrinya selingkuh dengan lelaki lain, sehingga anak kandungnya diberi predikat “anak haram”. Pemahan ulama tidak mungkin hadits ini dimaknai secara denotatif. Karena sesuai ajaran agama Islam, bahwa semua anak yang terlahir di dunia adalah dalam kondisi fitrah. Rasulullah saw. bersabda:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ

“Setiap yang dilahirkan dalam kondisi fitrah. Orang tua yang mengarahkannya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi”.

Itulah sebabnya pemaknaan hadits harus konotatif, bukan denotatif. Kelak kecenderungan anak selalu menuju yang diharamkan Allah dan RasulNya. Karena pola pendidikan terhadap anak ketika ibu hamil tidak sesuai dengan syari’at Islam.

Jika kita hidup sezaman dengan Rasulullah saw. tentu akan terkejut saat beliau memberi pernyataan: Termasuk dosa besar adalah caci maki anak terhadap orang tuanya sendiri.

Menurut nalar sehat, tidak mungkin ada anak yang kita didik, kita besarkan dengan segala cinta kasih akan berani berbuat demikian. Mengatakan ‘cis’ saja tidak diperkenankan, namun kenapa sampai berani mencaci maki? Itulah fikiran sahabat yang akhirnya mendorong pengingkaran mereka. Lalu mereka mempertanyakan bagaimana mungkin anak-anak berani mencaci maki orang tuanya sendiri wahai Rasulullah?

Rasulullah saw. mencawab: Tatkala anak kita mencaci orang tua temannya, maka sebenarnya ia telah mencaci maki orang tuanya sendiri. Pola seperti itu saja sudah termasuk dosa besar.

Kini setelah berabad-abad pasca wafatnya Rasulullah saw. tragedi itu telah menjadi kenyataan. Anak bukan lagi mencaci orang tua temannya, justru anak sudah bernai mencaci maki orang tuanya sendiri, memukul, menghadik, mengusir, memenjarakan, mengadukan kepada pihak yang berwajib, bahkan membunuh orang tuanya sendiri.

Masihkan ada yang mengingkari berbagai hadits isyari yang dahulu pernah diperkirakan bakal terjadi? Sungguh Rasulullah saw. Tidak bicara sesuai dengan hawa nafsunya. Yang disabdakan adalah wahyu yang dianugerahkan Allah swt. kepadanya.

Tulisan ini hanya membatasi kiat-kiat mekahirkan anak saleh saat anak masih dalam rahim ibu, sehingga tidak memaparkan fase sebelum dan sesudah kehamilan.

Berbagai tip yang disampaikan oleh Rasulullah saw. terkait pendidikan anak saat masih dalam kandungan ibu adalah sebagai berikut:

PERTAMA, MEMBERI ASUPAN IBU HAMIL YANG HALAL DAN PADAT GIZI.

Makanan yang disantap ibu hamil bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk tumbuh kembangnya fisik janin yang dikandungnya. Dalam Islam yang dituntut bukan hanya padat gizinya, melainkan aspek halalnya jauh lebih dominan. Itulah sebabnya akar masalah anak disebut anak haram, lantaran yang dikonsumsi ibu hamil dari harta pencurian, korupsi. ribawi dan hasil lain yang tidak halal. Kelahiran anak bukan hanya diharapkan sehat secara jasmani, naum juga saleh secara ruhani.

KEDUA, KOMUNIKASI DENGAN JANIN.

Perlakuan kasih sayang kepada ibu hamil sangat mempengaruhi psikologinya yang pasti akan mempengaruhi kondisi janis. Oleh sebab itu tidak boleh ada kata-kata kasar terhadap ibu hamil, apalagi sampai menceraikannya. Islam mengutuk keras perbuatan seperti itu. Karena pengaruhnya bukan hanya kepada wanita hamil, melainkan juga terhadap janinnya.

KETIGA, DOA UNTUK JABANG BAYI.

Memperbanyak doa khususnya untuk janinnya agar kelak menjadi generasi yang saleh. Berbagai doa telah dicontohkan Allah dan RasulNya. Misalnya:

“Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sungguh Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan al-hikmah (sunah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”. (Qs. Al-Baqarah: 127-129).

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Qs. Ali Imran: 35).

Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. (Qs. Ali Imran: 38).

“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan. Dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar doa. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya perhitungan (hari kiamat)”. (Qs. Ibrahim: 35-41).

“Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Sesungguhnya aku khawatir terhadap mawali-ku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul. Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Yakub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai”. (Qs. Maryam: 4-6).

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa”. (Qs. Al-Furqan: 74).

“Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh”. (Qs. Al-Shaffat: 99-100).

“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (Qs. Al-Ahqaf: 15).

KEEMPAT, BACAAN AL-QUR’AN SEBAGAI TAFAUL.

Tafaul dimaksudkan penyerapan inspirasi atau sugesti dari sebuah kisah untuk dijadikan gambaran dalam kehidupan sehari-harinya, agar kisah-kisah yang dituturkan dalam Al-Qur’an itu dapat terwujud seperti pesan moral yang tersirat dibaliknya.

Ketika seseorang berdoa dengan menggunakan kisah doa yang dilakukan oleh para Nabi. Maka sebenarnya ia ingin bahwa anak yang diinginkan oleh para Nabi itu juga menjadi keinginannya terhadap janin yang dikandungnya.

Jika janin diharapkan menjadi bayi laki-laki, maka bacaan surat Yusuf dan sejenisnya dapat menggambarkan pada pemikiran ibu agar kelak anak yang dilahirkan berkarakter seperti Nabi Yusuf as. Gambaran kegantengan yang diceritakan Al-Qur’an serta pesan moral yang terkandung di dalam surat tersebut akan selalu menjadi tafaul-nya agar janin yang dikandungnya juga memiliki profil seperti dia.

Sedemikian pula jika janin yang diharapkan menjadi bayi perempuan, maka bacaan surat Maryam dan sejenisnya juga dapat menggambarkan pada pemikiran ibu agar kelak anak yang dilahirkan berkarakter seperti Maryam. Gambaran kecantikan yang diceritakan Al-Qur’an serta pesan moral yang terkandung di dalam surat tersebut akan selalu menjadi tafaul-nya agar janin yang dikandungnya juga memiliki profil seperti dia.

Bukan berarti wanita hamil tidak diperkenankan membaca surat al-Baqarah dan lainnya. Semua ayat dan surat Al-Qur’an adalah baik dan petunjuk bagi manusia untuk menjadi hamba yang diridhai Allah. Yang penting dapat memahami pesan-pesan moral dan nilai-nilai hidayah yang terkandung di dalam surat-surat tersebut. Itulah yang dijadikan tafaul agar kelak janinnya mendapatkan bimbingan yang lurus.

KELIMA, MEMENUHI HAK-HAK WANITA HAMIL.

Masalah ini layak dipaparkan dalam artikel secara mandiri.

SILAHKAN SHARE SEMOGA BERMANFAAT :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: MAAF !!