
WANITA ADALAH PERHIASAN DUNIA
WANITA ADALAH PERHIASAN DUNIA
PENULIS: UST. ZAINUDDIN MZ (DIREKTUR TURATS NABAWI PUSAT STUDI HADITS)
TEKS HADITS: Al-dunya mataun wa khairu mata’iha al-maratu al-shalihah.
TERJEMAHAN: Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasa dunia adalah wanita yang salihah.
STATUS HADITS: SHAHIH.
PENJELASAN HADITS : Sedemikian hebatnya fitnah wanita sehingga keberadaannya sering dalam hadits disejajarkan dengan fitnah dunia. Demikian pula kenikmatan wanita sering disejajarkan dengan kenikmatan dunia. Dalam kodifikasi hadits apa pun sering penyusunnya mendatangkan hadits keikhklasan niat pada posisi yang pertama dan utama. Ambil contoh imam Bukhari dalam bukunya shahih al-Bukhari. Beliau dalam bukunya mendatangkan hadits niat, yang inti isinya adalah keikhlasan dalam niat. Dan hal yang dapat menyelewengkan manusia dalam keikhlasan adalah tipu daya urusan dunia dan wanita. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. Sesungguhnya seluruh amalan harus dibarengi dengan niat dan sesungguhnya setiap amalan akan diganjar sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka dia akan mendapatkan pahala karena ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang niat hijrahnya karena dunia yang hendak ia gapai atau wanita yang hendak dinikahinya maka dia akan mendapatkan sesuai dengan nilai hijrahnya, baik urusan dunia maupun wanita tersebut. Sedemikain rupa akhirnya Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kepada kita bahwa memang urusan dunia itu sangat menggiurkan bagi setiap manusia, khususnya bagi para laki-laki. Namun walaupun demikian Rasulullah saw. tetap mengingatkan bahwa sebaik-baik dunia yang menjadi dambaannya tidak ada yang lebih baik ketimbang pendamping yang setia, istri yang shalihah. Kita dapat memahami bagaimana seseorang yang dianugerahi limpahan dunia, namun dia sama sekali tidak mendapatkan kedamaian di sisi istrinya sendiri, padahal istrinya itulah yang justru lama bersama dirinya dalam rumah tangganya sendiri. Bagaimana suami akan dapat menikmati kehidupan dunia yang sudah dia tumpuk sedemikian rupa, yang pada akhirnya mungkin karena ketidak mampuan keimanan justru kekayaan yang dia miliki akan menjadikan dirinya merasa lebih nikmat hidup di luar keluarga sendiri, yang pada gilirannya terjebak dalam kehidupan yang penuh dengan kemaksiatan. Hal ini sangat kontras dengan istri yang shalihah. Betapa pun hidup dalam serba kekurangan misalnya, istrilah yang mampu mengarahkan kehidupannya untuk tetap pada jalur ridha Allah. Apalagi sekiranya ia ditakdirkan menjadi orang yang serba kecukupan dan didukung dengan kesalihan istri, maka kehidupannya di dunia itulah cermin kehidupannya di surga. “Baiti jannati, rumahku adalah cermin surgaku”. Semoga setiap kita mampu menggapainya dengan pertolongan Allah lewat istri yang shalihah.
TAKHRIJ HADITS: Hadits di atas diriwayatkan oleh Abdullah ibn Amr ibn al-Asyh, yang dikeluarkan Muslim, Nasai dan Ibn Majah. Adapun munculnya al-idraj (sisipan) yang memberikan kriteria kesalihan wanita ada tiga, apabila anda melihatnya dia sangat menyenangkan, apabila diperintah selalu mentaatinya, dan apabila ditinggal selalu menjaga dirinya, ternyata hadits ini adalah hadits dhaif (lemah). Hadits itu dikeluarkan Abu Daud, Abu Ya’la, Hakim, dan Baihaqi. Walaupun hadits itu dinilai Hakim shahih ala syarthi al-syaikhain, namun perlu diketahui bahwa dalam sanad (mata rantai perawinya) ada yang bernama Utsman ibn Umair yang dinilai dhaif (lemah). Kekeliruan dalam penelitian seperti ini sering terjadi pada pribadi Hakim.
Referensi: Lebih lanjut silakan merujuk referensi berikut ini: Maqasid: 217. Tamyiz: 87. Kasyf: 1/411. Muslim: 3716. Nasai: 3232 dan Ibn Majah: 1855. Abu Daud: 1664. Abu Ya’la: 2499. Hakim: 1487. Baihaqi: 7027.

